16 Maret 2009
"Kesadaran manusia sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial dengan berbagai aktifitas dan tingkah polanya. Semuanya memainkan peran masing-masing dikehidupan. Tinggal bagaimana kita... Ingin memainkan peran yang apa dan bagaimana, tentunya dengan tetap melihat fitrah manusia, untuk apa mereka diciptakan.
Jadi... mari memainkan peran kita sebagaui penyeimbang bumi..
Let's Play..."

Itulah kata-kata yang diungkapkan Mahendra Satria Wibawa pada saat memamerkan lukisannya yang bertemakan "Let's Play" di galeri Tembi Art.

Membuat yang biasa menjadi tidak biasa. barang-barang dalam keseharian kita ditangan Mahendra diolah menjadi pesan-pesan penting kehidupan bersama. Kartu remi, kaleng minuman, origami, apel, babi, bunmg. Mahendra memainkannya dengan asyik. Simbolisasi ini bisa dikombinasikan satu sama lain dalam satu tubuh, dan membentuk makna baru. kaleng bermotif kartu dengan tubuh apel yang meruyak, misalnya. Imajinasi Mahendra sangat menarik, memancing rasa sensasi. Dipadu dengan kepiawan teknisnya maka tantangan keseniannya dijawab dengan apik.

Karya-karyanya enak dinikmati berlama-lama. Misalnya, gambaran sebuah dunia nan asri dengan deretan rumah-rumah kaleng minuman berpintu-jendela kayu, dihamparan rumput hijau berpepohonan, dibelah kali kecil dimana perahu-perahu origami mengapung. Diangkasa, seekor origami terbang ditumpangi dua orang manusia kayu. Seutas tali yang menggantung burung tersebut dan motif-motif kartu memperkuat kesannya sebagai dunia mainan. Namun Mahendra membubuhkan tetesan tinta hitam yang mengucur dari atas, perlahan dan bertahap menutupi biru langit dan dunia asri ini. Saat segaris tinta melewati mata ratu, maka ratu seakan menangis. Kejenakaan dan imaji mainan yang sarat mewarnai lukisan-lukisan dalam pameran ini menjadikan keprihatinan dan persoalan sosialyang diangkatnya memancingdesir simpati, bukan rasa mual dan marah. Karyanya yang lain, yang paling muram, dimana seorang manusia bersujud diatas bola dunia apel yang tergerus, memancing rasa sedih.

Dari sebuah simbol, agaknya kartu remi dan origami merupakan yang paling menarik lantaran jarang diangkat dan kaya kemungkinan. Juga imaji "main-main"nya mencuri perhatian. Dalam cerita Alice in Wonderland-nya Lewis Carroll, sosok-sosok kartu tampil sensasional sehingga meninggalkan kesan aneh yang mendalam. Dalam karya Mahendra ini kartu memiliki modal dasar untuk terus dieksplorasi. Selain sebagai aksentuasi, juga sebagai simbol yang multimakna: ketidakpastian, permainan hidup, taruhan nasib, dsb. Demikian pula origami, yang memiliki modal dasar untuk diolah menjadi berbagai sosok. Mahendra berusaha menyajikan hal serius secara imajinatif dengan mengeksplorasi simbol. Memang demikianlah tantangan karya seni. Bola dunia bermotif kartu yang harmoni, yin yangnya (hijau dan merah) meretak. Celana dalam sobek bermotif kartu yang (maaf) "memantati" kita. Pohon clover apel "kehidupan" dimana dibawahnya merapat sekelompok babi.

Dalam pameran ini, Mahendra melakukan penggarapan yang serius untuk hal yang serius dengan gaya populer. Karenanya, kita bisa menikmati dan meresapi karyanya berlama-lama, bukan semata hanya melihat, menafsir dan menilai.

Berikut ini gambar-gambar lukisan yang diambil memakai kamera handphone..


"DUALISM"

"KESEIMBANGAN"



"SIMBIOSIS MUTUALISME"

"EAT TO EAT"

"RUANG GALERI 1"

"RUANG GALERI 2"

"RUANG GALERI 3"

"RUANG GALERI 4"

"EKSPLOITASI"

"BENANG MERAH"

"UTOPIA"





"SIMBIOSIS MUTUALISME #2"
posted by Fadhlan at 9:38:00 AM |



0 Comments: